Atlantis Indonesia

Keterkaitan Hubungan Aktifitas Matahari, Bumi …

Keterkaitan Hubungan Aktifitas Matahari, Bumi Dengan Kesehatan Dan Tingkah Laku Manusia…Bagian Kedua

Artikel ini bertujuan untuk memberi pandangan lebih mengenai keterkaitan manusia/hewan dengan aktifitas pada medan magnetik bumi dan matahari, mencakup data secara ilmiah yang cukup besar dan bervariasi. Para ilmuwan baru saja mulai menemukan pendalaman lebih mengenai bagaimana kita semua saling terkait satu sama lain. Hal ini menjawab pertanyaan :

‘Kenapa dan bagaimana medan magnetik yang dihasilkan oleh matahari dan planet bumi mempengaruhi kesehatan dan tingkah laku manusia – dan kenapa hal ini penting untuk diketahui?’

Latar Belakang Secara Ilmiah.

Pandangan mengenai pengaruh bumi, matahari dan perplanetan lainnya, terhadap kesehatan dan tingkah laku manusia, yang dalam skala besar, berkaitan dengan kerusuhan masyarakat serta peristiwa besar secara global, telah menjadi topik diskusi para ilmuwan selama puluhan tahun.

Sebuah sistem dengan komponen teknologi terkini mengumpulkan data untuk mengamati perubahan pada medan magnetik bumi dan pengaruhnya terhadap emosi dan tingkah laku manusia. Sistem ini dinamakan Global Coherence Monitoring System – Sistem Pemantauan Koheren Global (GCMS).

Sampai saat ini, GCMS ditempatkan pada enam lokasi yang berbeda-beda, namun target akhir adalah untuk menempatkan sejumlah dua belas GCMS yang tersebar merata di muka bumi. Sampai bulan November 2014, lokasi-lokasi sensor ini beroperasi secara konstan di beberapa tempat sebagai berikut :

– Boulder Creek, Amerika Serikat.

– Hofuf, Arab Saudi.

– Alberta, Kanada.

– Baisogala, Lithuania.

– Bagian utara Selandia Baru.

– Kwazulu Natal, Afrika Selatan.

Alat-alat sensor GCMS memantau secara terus-menerus resonansi frekuensi pada medan magnetik bumi. Sensor ini melacak perubahan pada aktivitas geomagnetik yang diakibatkan oleh badai matahari, perubahan pada kecepatan angin matahari, gangguan pada Resonansi Schumann (SR) dan kemungkinan efek dari emosional yang kuat karena atau yang mengakibatkan peristiwa global besar.

Telah ditemukan pula sebelumnya bagaimana frekuensi gelombang yang bervariasi di dalam medan magnetik bumi, tumpang tindih dengan otak, jantung dan sistem saraf otonom pada manusia. Dengan demikian, sejumlah irama fisiologis pada manusia yang mewujudkan perilaku bersama secara global, tidak hanya berdampak pada aktifitas matahari dan geomagnetik, tapi juga pada kesehatan dan tingkah laku masing-masing manusia. Ketika medan magnetik bumi menerima gangguan, hal ini dapat menyebabkan gangguan tidur, kebingungan secara mental, berkurangnya energi tubuh yang tidak biasanya terjadi, perasaan mudah terpengaruh secara emosi, atau kewalahan karena sebuah alasan yang tak jelas.

Untuk mengukurnya, para peneliti menggunakan GCMS yang menghantarkan analisa dengan sebuah mekanisme yang dapat menunjukkan perubahan-perubahan pada medan magnetik bumi yang terjadi sebelum peristiwa bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus dan peristiwa-peristiwa global besar seperti serangan teroris dan kerusuhan.

Medan Magnetik Bumi.

Bumi memiliki medan magnetik internal yang kuat, yang dihasilkan oleh arus listrik dari cairan besi pada lapisan luar inti bumi, yang dikendalikan oleh sumber panas dalam. Kedua kutub magnetik bumi mencerminkan sebuah batangan magnet atau medan dwikutub dengan sebuah aksis, dengan kemiringan 11,5 derajat dari aksis perputarannya, sehingga kutub magnetik bumi itu tidak sama dengan kutub geografik bumi. Kedua kutub ini menghasilkan sebuah medan yang terbentuk oleh gaya tarik menarik yang terjadi antara kedua kutub magnetik ini, sehingga membentuk sebuah medan magnet.

Kekuatan medan magnetik bumi pertama kalinya diukur oleh Carl Friedrich Gauss pada tahun 1835 dan pengukuran itu terus berlanjut sampai sekarang.

Hasil pengukuran yang telah diperoleh selama ini menunjukkan bahwa kekuatan medan magnetik bumi telah mengalami penurunan sebanyak 10% selama 150 tahun ini. Posisi-posisi kedua kutub magnetik bumi tidak tetap, sehingga mengalami pergeseran sejauh kurang lebih 55 km setiap tahunnya.

Saat matahari mengalami letusan pijaran pada lapisan terluarnya, terjadi sebuah hembusan yang dinamakan solar wind – hembusan matahari. Ketika bumi pada posisi arah hembusan matahari, yang terdiri dari partikel-partikel bermuatan ini, medan magnetik bumi tertekan pada permukaannya kemudian terdorong seperti bentuk seperti panah (bowshock) yang terjadi dengan air pada kapal laut.

Lapisan diantara bow shock dan bumi dinamakan Magnetosphere – magnetosfer, yang merupakan bagian utama dari medan magnetik bumi, yang melindungi bumi dari masuknya hembusan matahari.

Sumber: http://csep10.phys.utk.edu/astr161/lect/earth/magnetic.html

Kemudian efek hembusan itu membentuk wujud mendatar pada lapisan medan magnetik bumi ketika terdorong menjauhi bumi (hal ini dikenal juga sebagai magnetotail-buntut magneto).

Seperti yang digambarkan di bawah ini, benturan partikel bermuatan matahari dengan medan magnetik bumi terserap pada polar cusp dan mencapai permukaan bumi, fenomena ini dikenal sebagai auroras borealis dan aurora australis (kutub cahaya utara dan selatan).

Hembusan letusan pijaran matahari yang mengenai medan magnetik bumi menghasilkan berbagai tipe gelombang rumit dalam medan yang dikenal sebagai micropulsation-denyutan mikro dan field line resonances-medan garis resonansi.

Berdasarkan bentuk-bentuk gelombangnya, denyutan mikro dan medan garis resonansi diklasifikasikan dalam denyutan-denyutan yang teratur (Pc) dan denyutan-denyutan yang tidak teratur (Pi). Karena frekuensinya yang rendah, Pc dan Pi pada umumnya ditandai dari jangka waktu terjadinya gelombang itu dan bukan dari tingkat frekuensinya.

Pengaruh utama dari tipe gelombang ini adalah sebagai berikut :

1. Interaksi hembusan matahari dengan medan magnetik bumi.

2. Tekanan hembusan pijaran matahari yang terjadi secara mendadak yang menggerakkan/mendorong medan kedalam atau membiarkannya untuk memperluas keluar, dan

3. Tekanan hembusan matahari yang berubah orientasi secara mendadak yang menyebabkan buntut magneto tertekan menuju bumi dan terjepret keluar menjauhi hembusan matahari.

Diagram di bawah ini menunjukkan contoh dari field line resonances, yang direkam di GCI magnetometer site di Boulder Creek, Calif.

Catatan: Frekuensi dari resonansi garis medan ini (0.1 hz) berada dalam kisaran yang sama dengan gelombang frekuensi jantung manusia dan hewan dalam keadaan stabil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan pada frekuensi yang sangat rendah ini (ULF – Pc dan Pi), karena aktifitas matahari yang merubah aktifitas medan magnetik bumi, dapat mempengaruhi kesehatan dan tingkah laku manusia.

Resonansi Schumann.

Resonansi Schumann ditemukan oleh seorang fisikawan bernama Winfried Schumman pada tahun 1952. Resonansi Schumann adalah resonansi elektromagnetik bumi dalam rongga yang terbentuk diantara permukaan bumi dan ionosfer.

Denyutan-denyutan elektromagnetik, seperti halnya aktifitas guntur pada bumi, mengisi rongga ini dan merangsang resonansi Schumann.

Ionosfer merupakan lapisan plasma yang konduktif, hasil dari radiasi dari matahari yang mengionisasikan lapisan terluar atmosfer bumi. Karena lapisan ini mengandung muatan negatif yang jumlahnya cukup besar dibandingkan dengan permukaan bumi, maka terdapat medan listrik yang cukup kuat antara bumi dan ionosfer.

Resonansi Schumann terjadi karena ruang diantara permukaan bumi dan lapisan ionosfer yang konduktif berperan sebagai waveguide (gelombang panduan) tertutup, sebuah ruang resonansi untuk gelombang elektromagnetik.

Resonansi Schumann terlihat ketika berada pada puncak frekuensi terendah, yaitu sekitar 7.8Hz.

Pengamatan yang telah diperoleh dari resonansi Schumann berkisar sekitar 7.8, 14, 20, 26, 33, 39 dan 45Hz, yang disebabkan oleh jumlah ionisasi pada ionosfer akibat dari radiasi UV matahari. Seperti yang digambarkan pada diagram di bawah ini, yang diambil dalam jangka waktu delapan jam.

Frekuensi terendah Schumann yang merupakan 7.8Hz ini sama dengan frekuensi gelombang otak manusia. Keterkaitan antara gelombang otak manusia dengan resonansi Schumann, menarik rasa penasaran para peneliti dari Universitas Minnesota dan mereka menemukan hubungan yang signifikan antara matahari, resonansi Schumann, resonansi garis medan magnetik bumi, kesehatan dan tingkah laku manusia dan hewan.

Saling Berhubungannya Seluruh Sistem Kehidupan Melalui Medan Magnetik Bumi.

Singkronisitas aktifitas matahari dengan perilaku kolektif manusia.

Dari generasi ke generasi, berbagai macam budaya mendalami kepercayaan bahwa perilaku kolektif mereka dipengaruhi oleh matahari.

Hal ini terbukti benar oleh seorang peneliti dari Rusia yang bernama Alexander Tchijevsky. Tchijevsky menyadari bahwa ketika perang dunia pertama terjadi, di saat yang bersamaan jumlah bintik hitam pada lapisan luar matahari mencapai titik puncak.

Penasaran akan hal itu, Tchijevsky melakukan sebuah penelitian secara menyeluruh dari peristiwa-peristiwa secara global yang terjadi dalam sejarah manusia sejak tahun 1749 sampai tahun 1926 dibandingkan dengan apa yang terjadi pada siklus matahari saat itu. Hasil penelitian Tchijevsky digambarkan dalam diagram yang terlampir di bawah ini.

Penjelasan diagram Tchijevsky :

Warna biru menggambarkan angka pertahun dari peristiwa penting secara politik dan sosial seperti mulainya perang, revolusi sosial serta ketika perkembangan manusia yang drastis terjadi seperti peningkatan dalam segi arsitektur, seni, ilmu dan perubahan sosial. Sedangkan warna merah menggambarkan aktifitas matahari yang ditandakan oleh jumlah bintik hitam pada lapisan luar matahari.

Sejarah-sejarah dari 72 negara dipadukan, dan telah ditemukan bahwa 80% dari peristiwa paling penting terjadi ketika tenaga matahari mencapai jumlah bintik tertinggi dimana pada periode inilah ketika aktifitas geomagnetik matahari mencapai tingkat tertinggi.

Irama fisiolgis dan tingkah laku manusia yang singkron dengan aktifitas matahari dan geomagnetik, berarti bahwa setiap rangkaian dalam tubuh manusia serta sistem biologis lainnya terpengaruhi ketika perubahan-perubahan pada medan magnet bumi dan matahari terjadi. Dengan demikian, gangguan pada medan-medan magnetik matahari dan bumi berpengaruh besar terhadap kesehatan dan tingkah laku manusia, serta perubahan-perubahan intensitas pada aktifitas geomagnetik dan resonansi Schumann merubah gelombang otak (otak adalah salah satu organ elektromagnetik yang sangat sensitif), respon neurohormon, dan irama jantung manusia.

Sehingga aktifitas otak dan sistem saraf; kemampuan atletik, ingatan dan tugas-tugas lainnya; sintesis gizi pada tanaman dan ganggang; jumlah kecelakaan; kematian dari serangan jantung; dan kasus depresi serta bunuh diri.

Medan elektromagnetik bumi sebagai pengantar informasi secara biologis.

Ketika para peneliti menemukan bahwa kesehatan dan tingkah laku manusia dipengaruhi oleh aktifitas matahari dan geomagnetik, mereka pun berhipotesis bahwa medan magnetik bumi adalah sebuah pengantar informasi secara biologis, yang menghubungkan seluruh sistem kehidupan.

Berhubungan dengan hal ini, para peneliti di laboratorium menemukan bahwa medan elektromagnetik yang dihasilkan oleh jantung seseorang dapat dideteksi oleh hewan-hewan di sekitarnya maupun oleh sistem saraf orang lain.

Sebuah percobaan yang dilakukan dalam laboratorium HMI menemukan bahwa ketika jantung seseorang berada dalam kondisi stabil, jantungnya meradiasikan sinyal elektromagnetik yang juga lebih stabil terhadap lingkungan sekitarnya.

Penelitian ini menunjukan bahwa apabila kita berada pada keadaan stabil, kita menjadi lebih sensitif dalam mendeteksi informasi dalam medan yang diradiasikan oleh yang lain.

Dibandingkan dengan organ-organ tubuh yang lain, jantung menghasilkan irama medan elektromagnetik terbesar, yang berkisar 100 kali lebih kuat daripada medan otak, sehingga dengan menggunakan alat magnetometer yang sensitif, medan jantung dapat dideteksi dari jarak yang cukup jauh dari tubuh. Hasil penelitian ini menjelaskan kenapa kita bisa merasakan keberadaan orang lain di sekitar kita dan keadaan emosi yang dirasakan dari tingkah laku orang lain.

Sebuah penelitian pun telah dilakukan dalam menjawab pertanyaan hipotesa mengenai medan magnetik sebagai pengantar informasi secara biologis.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa informasi epigenetik yang berhubungan dengan DNA, terlihat dalam wujud sinyal elektromagnetik ketika berada dalam larutan cair yang sangat encer.

Pada kondisi frekuensi medan magnetik lemah berukuran 7.8Hz, informasi ini dapat ditransfer melalui air murni yang belum pernah terekspos oleh DNA. Dengan melihat kembali resonansi Schumann, maka dalam atmosfer bumi dengan frekuensi rendah, informasi DNA dapat ditransferkan.

Dengan demikian, dalam kondisi resonansi Schumann yang terendah, pemindahan informasi DNA terjadi.

Dr. Michael Persinger, seorang ahli syaraf terkenal, telah melakukan sejumlah penelitian untuk melihat efek dari medan magnetik yang memiliki skala sama dengan medan magnetik bumi terhadap fungsi otak dan transfer informasi.

Hasil studi yang Persinger lakukan, tidak hanya menunjukkan bahwa penerapan medan eksternal yang sama dengan resonansi Schuman dapat menyebabkan perubahan keadaan kesadaran, iapun mengungkapkan sebuah teori secara detil bahwa ruang dalam medan magnet bumi dapat menyimpan informasi yang berhubungan dengan aktifitas otak dan informasi ini berinteraksi dengan jaringan syaraf.

Penelitian yang dilakukan Persinger menjawab penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Jepang tahun 1952 dengan fenomena yang dinamakanThe Hundredth Monkey (Monyet Keseratus).

Para ilmuwan Jepang ini mengamati tingkah laku monyet macaque ketika beberapa dari mereka mencuci ubi talar dengan air, yang kemudian secara perlahan-lahan, pengetahuan ini menyebar pada generasi-generasi yang baru melalui pengamatan dan pengulangan.

Setelah beberapa waktu, ketika kesadaran pengetahuan ini mencapai sebuah angka besar, yang pada contoh fenomena ini adalah angka seratus, kesadaran pengetahuan ini tersebar pada monyet-monyet lainnya di seberang pulau itu.

Sebuah studi pun dilakukan pada sebuah kelompok, dimana ditemukan juga medan energi yang terbentuk diantara para individu melalui interaksi yang terjadi di kelompok itu.

Dengan kata lain, terdapat sebuah ‘medan kelompok’ yang menghubungkan anggotanya. Beberapa orang dari anggota kelompok studi ini telah terlatih untuk menstabilkan keadaan jantungnya selama beberapa menit, yang kemudian karena ‘medan kelompok’ ini, membantu kestabilan anggota lainnya yang belum terlatih.

Kesimpulan.

Dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan, manusia memiliki frekuensi otak dan jantung yang saling tumpang tindih dengan resonansi medan magnetik bumi, sehingga manusia tidak hanya merupakan penerima informasi biologis relevan itu, tapi manusia pun pada dasarnya menciptakan sebuah putaran yang berumpan balik antara manusia dan sistem medan magnetik.

Ketika sejumlah besar manusia merespon secara emosional terhadap kejadian secara global, respon secara kolektif ini membentuk medan masal/kolektif, mempengaruhi informasi yang didistribusikan medan magnetik bumi, yang kemudian mempengaruhi matahari dan sistem jagad raya.

1. Kesehatan manusia dan hewan, dari segi mental, emosi dan tingkah laku dipengaruhi oleh matahari, geomagnetik dan medan magnetik lainnya yang berhubungan dengan planet bumi.

2. Medan magnet bumi adalah pembawa informasi terkait secara biologis, yang menghubungkan seluruh sistem yang hidup.

3. Setiap makhluk hidup mempengaruhi medan informasi secara global.

4. Kesadaran masal/kolektif manusia mempengaruhi medan informasi secara global.

Dari hasil pengumpulan data yang telah dirangkum dalam artikel ini, dengan semakin melemahnya medan magentik bumi (Penjelasan lebih lanjut terdapat dalam artikel ‘Perubahan besar terhadap planet kita akibat pergeseran kutub magnetik bumi’), semakin besar energi partikel bermuatan yang diterima bumi dari matahari. Hal ini tentunya berpengaruh besar terhadap diri kita masing-masing, terutama secara mental dan emosional.

Kita bisa belajar dari kesalahan masa lalu dan secara sadar memilih cara-cara baru untuk menavigasi energi influks besar ini untuk menciptakan periode perkembangan umat manusia dan kemajuan kemanusiaan.

Ketika struktur yang sudah tidak melayani kemanusiaan runtuh, sebuah kesempatan terbuka untuk kita agar digantikan dengan model yang lebih seimbang dengan bumi pertiwi beserta isinya dan berkelanjutan.

Selama ini kita telah hidup di dalam ketakutan dan perpisahan. Dengan perubahan-perubahan besar yang tengah terjadi, ini adalah kesempatan besar kita untuk meningkatkan kesadaran dan melakukan perubahan diri menuju pada kebenaran kita masing-masing.

Mencintai diri sendiri dengan tak bersyarat, sehingga kita bisa mencintai ‘yang lain’ tanpa syarat. Dengan memulainya, kita akan mempengaruhi orang lain di sekitar kita yang kemudian akan terus berantai sehingga, energi ketakutan dan perpisahan di muka bumi ini tidak lagi mendominasi menuju kehancuran umat manusia, bumi, beserta isinya.

Sumber:

http://www.worldtrans.org/pos/monkey.html

http://www.kitaadalahsatu.com/2016/02/11/keterkaitan-hubungan-aktifitas-matahari-bumi-dengan-kesehatan-dan-tingkah-laku-manusia-2/

Exit mobile version