Atlantis Indonesia

📚 KETIKA GEMATRIA MENGUNGKAP RAHASIA MAKNA KATA …

📚 KETIKA GEMATRIA MENGUNGKAP RAHASIA MAKNA KATA ‘WATU’ DAN ‘BATU’ 📚

Originally Written by:
Yeddi Aprian Syakh Al-Athas

*** Mohon agar dibaca pelan-pelan karena tulisan ini cukup panjang.

*** Seperti biasa, tulisan saya ini merupakan kajian berbasis pendekatan “Etno-Linguistik” yang belakangan menjadi sebuah pendekatan baru dalam melihat sejarah, sebagaimana disampaikan oleh Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc, staf pengajar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Sampurasun…

Kata ‘WATU’ itu sebenarnya berasal dari Bahasa Ibrani.

Yang benar seharusnya ditulis sebagai ‘VATU’ (Vav-Teth) yg jika dibaca dengan dialek Bahasa Ibrani menjadi ’BATU’.

Namun ketika kata ‘VATU’ ditulis dalam Bahasa Arab maka akan menjadi ’WATHU’ (Waw-Tha).

Dalam Kaidah Gematria Bahasa Ibrani:
‘VA-TU’ (Vav-Teth)
👉 Vav = 6.
👉 Teth = 9.
👉 Vav-Teth = 6+9 = 15.

Dan Dalam Kaidah Gematria Bahasa Arab:
‘WA-THU’ (Waw-Tha)
👉 Waw = 6.
👉 Tha = 9.
👉 Waw-Tha = 6+9 = 15.

Ada dua cara membaca kata ‘VATU’ atau ‘WATHU’ dalam kaidah gematria yakni sebagai ‘ORIGINAL GEMATRIA’ dan ‘ORDINAL GEMATRIA’.

Secara ‘ORIGINAL GEMATRIA’ nilai gematria dari huruf penyusun kata tidak boleh dijumlahkan.

Maka ’VATU’ atau ‘WATHU’ akan dibaca sebagai ‘6-9’ yg akan dibaca sebagai kode bilangan ‘69’

Dan angka bilangan ‘69’ ini adalah nilai ordinal gematria dari rangkaian huruf ‘Tha-Ya-Nun’ yg jika dibaca akan menjadi ‘THIIN’ yg dalam Bahasa Arab berarti “TANAH”.

Dari sinilah asal mulanya kata ‘VATU’ atau ‘WATU’ diartikan sebagai “TANAH”.

Sedangkan secara ‘ORDINAL GEMATRIA’ nilai gematria dari huruf penyusun kata harus dijumlahkan seluruhnya.

Maka ’VATU’ atau ‘WATHU’ akan dianggap memiliki nilai gemaria ‘6+9 = 15’.

Dan angka bilangan ‘15’ ini merupakan kodesandi dari Nomor Surat ke-15 dalam Al-Quran yakni sebagai nomor surat dari Surat AL-HIJR yg berarti “BATU”.

Dari sinilah pula mengapa kata ‘VATU’ atau ‘WATU’ diartikan juga sebagai “BATU”.

Angka bilangan ‘69’ selain sebagai nilai ‘ORDINAL GEMATRIA’ dari kata ‘Tha-Ya-Na’ (dibaca: ‘THIIN’) yg berarti “TANAH” juga merupakan nilai Ordinal Gematria dari kata ‘Sa-Tha’ (dibaca: ‘SATO’ atau ‘SATH’) yg berarti “HEWAN/BINATANG” atau “ADA”.

Kita akan bahas mulai dari makna yg pertama dari nilai ordinal gematria ‘69’ yakni: ‘SATO’ yg dalam Bahasa Sunda berarti “HEWAN / BINATANG”.

Dalam Ajar Pikukuh Sunda yakni dalam Serat Sewaka Dharma 499 disebutkan bahwa Manusia dibedakan dua yakni: ‘MANUSA’ dan ‘JALMA’.

‘MANUSA’ berasal dari Bahasa Sansekerta yg berasal dari kata ‘MANA’ dan ‘ASSA’.

MANA = Pikiran / Akal.
ASSA = Memiliki.

MANA+ASSA (dibaca: ‘MANUSA’) berarti “Yang Memiliki Pikiran / Akal”.

Sedangkan ‘JALMA’ artinya adalah “JELMAAN”. Wujud fisiknya adalah MANUSIA, tapi entitas batin/jiwanya adalah ‘SATO’ yang berarti “HEWAN / BINATANG”.

Dan sekurang-kurangnya ada 10 (sepuluh) jenis ‘SATO’ (Hewan/Binatang) sebagai Entitas Batin/Jiwa yg ada dalam diri manusia:

1. SATO ‘ANJING’

Dalam khazanah Islam disebut sebagai ’NAFS KALBIYAH’. Perwujudan dari entitas SATO ‘ANJING’ antara lain: suka memonopoli, suka menilai negatif orang lain (su’udzon) dan suka menghina orang lain.

2. SATO ‘KELEDAI’

Dalam khazanah Islam disebut sebagai ‘NAFS HIMARIYAH’. Perwujudan dari entitas SATO ‘KELEDAI’ antara lain: pandai memikul namun tidak mengerti secuil pun apa yang dipikulnya. Dengan kata lain, ia tidak memahami masalah.

3. SATO ‘SERIGALA’

Dalam khazanah Islam disebut sebagai ‘NAFS SABU’IYAH’. Perwujudan dari entitas SATO ‘SERIGALA’ antara lain: suka menyakiti atau suka menganiaya orang lain dengan cara apa pun.

4. SATO ‘TIKUS’

Dalam khazanah Islam disebut sebagai ‘NAFS FA’RIYAH’. Perwujudan dari entitas SATO ‘TIKUS’ antara lain: suka merusak, menilep, mencuri, korupsi dan sejenisnya.

5. SATO ‘ULAR’

Dalam khazanah Islam disebut sebagai ’NAFS DZATIS SUHUMI WA HAMATI WAL HAYATI WAL AQRABI’. Perwujudan dari entitas SATO ‘ULAR’ antara lain: suka menyindir-nyindir orang, suka menyakiti hati orang lain, dengki, iri hati, pendendam, dan sejenisnya.

6. SATO ‘BABI’

Dalam khazanah Islam disebut sebagai ‘NAFS KHINZIRIYAH’. Perwujudan dari entitas SATO ‘BABI’ antara lain: suka kepada yang kotor, busuk, apek, dan hal-hal yg menjijikkan.

7. SATO ‘BURUNG MERAK’

Dalam khazanah Islam disebut sebagai ‘NAFS THUSIYAH’. Perwujudan dari entitas SATO ‘BURUNG MERAK’ antara lain: suka menyombongkan diri, suka pamer, suka berlagak, busung dada, dan sebagainya.

8. SATO ‘UNTA’

Dalam khazanah Islam disebut sebagai ‘NAFS JAMALIYAH’. Perwujudan dari entitas SATO ‘UNTA’ antara lain: tidak mempunyai sopan santun, tidak mempunyai kasih sayang, tidak mempunyai tenggang rasa sosial, tidak peduli kesusahan orang lain, dan hanya memikirkan keuntungan dan keselamatan bagi dirinya sendiri.

9. SATO ‘BERUANG’

Dalam khazanah Islam disebut sebagai ’NAFS DUBBIYAH’. Perwujudan dari entitas SATO ‘BERUANG’ antara lain: biarpun kuat dan gagah, tapi akalnya tidak dipakai.

10. SATO ‘MONYET’

Dalam khazanah Islam disebut sebagai ‘NAFS QIRDIYAH’. Perwujudan dari entitas SATO ‘MONYET’ antara lain: jika diberi ia mengejek, jika tidak dikasih ia mencibir, sinis, dan suka melecehkan/memandang rendah orang lain.

Kemudian kita beranjak kepada makna yg kedua dari nilai ordinal gematria ‘69’ yakni: ‘SATH’ (Sa-Tha) yg dalam Bahasa Avesta berarti “ADA”.

Kata ‘Sa-Tha’ juga dapat dibaca sebagai ‘SATH’ atau dalam bahasa ibrani akan menjadi ‘Samekh-Teth’ yang dibaca sebagai ‘SAT’ yg dalam bahasa Avesta memiliki arti “ADA”.

Konsep ‘SAT’ ini lebih jauh dijabarkan sebagai Konsep ’KUADRAN TETRALEMMA’ yang membagi ‘SAT’ menjadi empat sbb:
1. SAT;
2. ASAT;
3. SAT-ASAT;
4. ANIRVACANIYA.

Mari kita bahas satu persatu..

1. SAT

‘SAT’ memiliki arti “ADA”. Menurut konsep ‘SAT’, Alam Semesta dan segala isinya berasal dari sesuatu yang ADA yang disebut sebagai ‘SAT’ yang dapat dipahami, bersifat konkrit, afirmatif, dan kekal abadi. Maka setelah alam semesta dan segala isinya musnah, maka yang akan tetap ADA hanyalah ‘SAT’ sebagai Dzat Yang Maha Abadi.

Konsep ‘SAT’ ini sebenarnya diadopsi dari Konsep ‘AYA’ dalam Ajaran KAPITHAYAN yg berarti “ADA dan akan TERUS ADA selamanya sampai kapanpun”.

2. ASAT

‘ASAT’ secara sederhana dimaknai sebagai “Dualisme dari Yang ADA dan Akan Terus ADA selamanya sampai kapanpun”. Jika ‘SAT’ yg berarti “ADA” memiliki Sifat Keabadian, maka ‘ASAT’ memiliki sifat sebaliknya, yakni memiliki sifat NIHILISME atau “KETIADAAN”.

Dalam Konsep ‘ASAT’ bahwa segala sesuatunya di alam semesta ini hakikinya adalah ‘ASAT’ atau “TIADA” karena yang ADA hanyalah ‘SAT’ yang Maha ABADI.

Konsep ‘ASAT’ ini sebenarnya diadopsi dari Konsep ‘THA’ dalam Ajaran KAPITHAYAN yg berarti “TIDAK ADA” atau “NIHIL” atau “NISBI” atau “GHAIB” atau “KOSONG”.

3. ‘SAT-ASAT’

‘SAT-ASAT’ memiliki arti “ADA sekaligus TIDAK ADA”. Menurut konsep ‘SAT-ASAT’, Alam semesta dan segala isinya dari ADA akan kembali menjadi TIDAK ADA dan konsep ini disebut sebagai “Annihilation” yg berarti “Pemusnahan”.

Konsep ‘SAT-ASAT’ ini sebenarnya diadopsi dari Konsep ‘THA-AYA’ dalam Ajaran KAPITHAYAN yg dibaca sebagai ‘THAYA’ yg berarti “ADA sekaligus TIDAK ADA” atau “ISI tapi KOSONG” atau “WUJUD tapu GHAIB”.

4. ANIRVACANIYA

‘ANIRVACANIYA’ memiliki arti “segala sesuatu di alam semesta ini hanyalah ILUSI”. Menurut konsep ‘ANIRVACANIYA’, Alam semesta dan segala isinya hanyalah merupakan pantulan dari rupa dan wujud Tuhan.

Konsep ‘ANIRVACANIYA’ ini sebenarnya diadopsi dari Konsep ‘PITHAYA’ dalam Ajaran KAPITHAYAN yg berarti “Segala Sesuatu yg ada di Alam Semesta ini hanyalah ILUSI yang tercipta dari KUN-nya Allah atau Sabda Tuhan”.

Demikian penjelasan saya mengenai makna kata ‘WATU’ atau ‘BATU’ dari sudut pandang Ilmu Gematria.

Dan sekali lagi saya tegaskan bahwa ini hanyalah sebatas “HIPOTESIS” yang saya sampaikan ke ruang terbuka publik yang saya peroleh lewat kajian berbasis “ilmu gematria”. Hipotesis saya ini bisa benar dan bisa juga salah. Karena saya juga hanyalah manusia biasa. Semoga ijtihad pemikiran saya ini bisa menjadi awal kajian dan bahan diskusi lanjutan yang membangkitkan nalar dan logika berpikir yang lebih kritis dan mendalam guna mengungkap fakta kebenaran yang sesungguhnya.
Mohon Maaf jika ada kata-kata saya yang tidak berkenan, dan sampai jumpa lagi di kajian-kajian saya berikutnya.

Catatan Khusus:
Diizinkan untuk SHARE sebanyak-banyaknya guna mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya namun dengan tetap menyebutkan sumber aslinya baik berupa nama ataupun link agar keberkahan ilmu senantiasa menyertai kita semua. Aamiin.

Semoga Bermanfaat
🙏🙏🙏

Salam Rahayu,

Yeddi Aprian Syakh al-Athas
👉 Admin Group “The Lost History of Nuhsantara”
👉 Admin Group “Nuhsantara History Discovery”
👉 Admin Group “Imperium Sulaiman (Atlantis Nuhsantara)”

Exit mobile version